Buku ini hadir dilatarbelakangi oleh lima pertimbangan penting. Pertama, hampir disetiap sesi pelatihan, ada yang bertanya, “bagaimana cara khusyu’ dalam shalat?”. Pertanyaan-pertanyaan ini berlalu begitu saja dengan jawaban yang belum tuntas, karena untuk menjelaskan dan mempraktekan shalat khusyu, membutuhkan minimal 3 jam pelatihan.
Kedua, ketika diundang berbicara di Palembang di tengah-tengah tokoh agama se-Sumatera Selatan, dengan tema “Bagaimana berdamai dengan hati sebelum kita mendamaikan perselisihan antar umat beragama”, ada seorang tokoh agama yang bertanya, “Bagaimana supaya khusyu’ dalam shalat?”. Setelah saya menjelasan, ternyata beliau terlihat puas, dengan ungkapan, “saya sudah bertanya dengan kyai besar, tapi belum mendapatkan jawaban sejelas ini”. Setelah acara usai, beberapa tokoh agama menghampiri, dan mengatakan bahwa mereka sependapat dengan apa yang disampaikan tentang hati, karena masalah manusia adalah masalah hati. Ketika kembali ke hotel, langsung saya tulis beberapa pemikiran yang akan di jadikan buku ini. Saya pikir, inilah momentum yang tepat untuk berbagi pengalaman melalui tulisan. Karena tidak semua orang mendapatkan shalat khusyu’ dalam perjalanan spiritual secara otodidak.