Penatalaksanaan nyeri kanker masih di bawah standar. Dikatakan bahwa 50% pasien yang mengidap kanker, dan 90% pasien dengan kanker tahap lanjut menderita nyeri. 70% nyeri kanker diakibatkan keterlibatan tumor tersebut ke jaringan lunak, viseral, saraf, atau tulang. Selain itu juga bisa berasal dari perubahan struktural tubuh akibat tumor tersebut (seperti spasme otot akibat tumor di tulang belakang). Sedangkan 25% nyeri kanker berasal akibat pemberian terapi kanker seperti kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, dan/atau pembedahan (Wargo dan Burton, 2005).
Keluhan nyeri ini dapat dirasakan dalam setiap fase perkembangan kanker, mulai dari fase penegakan diagnosis ataupun staging, fase kemoterapi, fase pembedahan, fase remisi, fase relaps, ataupun fase kesintasan (survivorship). Sindrom nyeri kanker dapat dibagi secara luas menjadi tipe akut dan kronik. Sindrom nyeri kanker akut biasanya ditemukan dalam proses diagnostik atau terapi intervensi, sedangkan pada yang kronik berhubungan langsung dengan kanker itu sendiri atau terapi antineoplastik (Henry, 2017).